Jerry Shaw (Shia LaBeouf) baru menghadiri pemakaman saudara kembarnya yang seorang tentara, ketika kembali ke apartemen kumuhnya, ternyata di apartemennya telah dipenuhi berkotak-kotak senjata mutakhir yang sering dipakai para teroris. Bersamaan dengan itu juga rekening banknya telah berisi uang dalam jumlah yang besar. Dan alkisah akhirnya Jerry menjadi target dari FBI sebagai kaki tangan teroris.
Sebelum tertangkap oleh FBI, Jerry menerima telepon dari seorang wanita yang menginstruksikan dia untuk melarikan diri. Dan menurut suara wanita itu ia telah diaktivasi. Suara dari telepon itu juga kemudian yang membantu atau lebih tepatnya memaksa Jerry untuk kabur dari tahanan FBI.
Pada saat yang sama, Rachel Holloman (Michelle Monaghan) seorang orang tua tunggal yang baru melepaskan kepergian putranya Sam (Cameron Boyce) untuk mengikuti suatu pertunjukan musik ke Washington juga mendapatkan telpon dari wanita yang sama. Rachel dipaksa untuk mengikuti semua instruksi yang diberikan atau keselamatan Sam terancam.
Mengikuti instruksi tadi, akhirnya Jerry dan Rachel dipertemukan. Bagaimanapun cara mereka mencoba melepaskan diri dari instruksi yang membahayakan itu selalu gagal, karena si pemberi instruksi sepertinya telah menguasai teknologi tingkat tinggi yang bisa mengendalikan semua jenis peralatan elektronik yang ada, mulai dari handphone, kamera pengintai, kendaraan, traffic light, atau mesin apa saja yang terkoneksi ke computer.
Instruksi-instruksi itupun melibatkan Jerry dan Rachel dalam pengejaran2 oleh FBI dan militer dengan aksi-aksi yang sangat seru ala Hollywood. Dan mereka juga tidak punya pilihan lain selain mengikuti instruksi-instruksi itu tanpa tahu sebab musababnya.
Saya akui aksi laga film ini emang cukup seru, hanya sayangnya pengambilan gambar yang terlalu banyak di close-up terkadang membingungkan. Sangat sulit membedakan antara siapa yang menabrak siapa ketika terjadi kejar-kejaran mobil di jalan raya. Apalagi kalau kita duduk di deretan tengah atau depan di gedung bioskop, dijamin sakit mata deh.
Tapi saya salut, bagaimana para penulis cerita ini menyusun alur cerita yang sedemikian ribet dan cepatnya menjadi sambung menyambung sehingga hal-hal yang sebetulnya agak sedikit kurang masuk akal pun menjadi sah-sah saja.
Sepanjang cerita kita juga dibuat penasaran untuk tahu, apa sebenarnya yang sedang terjadi siapa biang keladi di belakang ini semua dan apa tujuannya.
Meskipun film ini mengusung ide cerita tentang teknologi canggih, namun alur ceritanya cukup mudah dicerna. Namun ide cerita film ini juga kurang orisinil, karena sebelumnya saya sudah pernah nonton film dengan tema serupa.
Hanya saja yang selalu menjadi ganjalan buat saya setiap nonton film aksi Hollywood, selalu saja mereka tidak mempedulikan adanya korban-korban yang hancur lebur secara brutal khususnya pada adegan kejar-kejaran di jalanan. Seolah nyawa para pemakai jalan tidak berarti sama sekali demi keselamatan si jagoan.
Film ini juga termasuk salah satu film Hollywood yang membawa-bawa nama Indonesia, namun sayangnya dalam konotasi negatif. Ketika Jerry sedang di interogasi oleh petugas FBI, si petugas itu mengucapkan, "saya tahu kamu pernah bekerja di Singapura, Bali dan Indonesia. Makanya kamu jadi begini."
“Begini gimana?” Tanya Jerry. Petugas FBI itu pun menjawab, "Asal tahu saja kalau hari gini kurang pas untuk jadi teroris.”. Jadi terkesan gara-gara pernah ke Indonesia makanya wajar Jerry jadi terlibat teroris. Halah!!